Translate Into Another Language

Friday, March 29, 2013

Yuk Belajar Jurnalistik Dasar! ^__^



Salah satu bentuk kepedulian alumni agar teman-teman bisa terus berproses bisa melalui bidang jurnalistik, ini ada oleh-oleh dari kang Sholahuddin Al ahmed, sangat bermanfaat untuk belajar jurnalistik dari dasar :)

Monggo bagi yang berminat mengembangkan bakat menulisnya bisa unduh disini.

Dan ini pesan-pesan kang Sholahuddin:

==tanamkan pada hati bahwa anda adalah calon penulis hebat==

==Malu bertanya sesatkan pikiran, sering bertanya bukti kecerdasan==

Selamat berproses menjadi penulis hebat ^_^


Credit to>
Sahabat Gabriel Auliaztuta


Kang Sholahuddin
 

Friday, March 8, 2013

Woro-woro! >> Info PKD di Komisariat UNSIQ Wonosobo ^_^

Info!!
Bagi sahabat/i yg mau mengikuti pengkaderan formal Pelatihan Kader Dasar (PKD) Komisariat UNSIQ Wonosobo tanggal 22-24 Maret 2013 di MWC NU Kretek, silahkan mengkonfirmasi keikutsertaannya segera. :)



Kami tunggu secepatnya ^_^

CP >
Arif As Syukr

Sunday, March 3, 2013

PERAN MAHASISWA DALAM AJANG PESTA DEMOKRASI DI INDONESIA (MENYONGSONG PILGUB JATENG 2013)
Oleh : Gabriel Auliaztuta


Hingar bingar pesta demokrasi mulai dari pilpres, pileg,pilkada bahkan pilkades tak jarang menyisakan konflik yang berkepanjangan. Hal ini tidak lepas dari faktor kepentingan masing masing pihak yang saling memperebutkan kekuasaan. Adanya indikasi kecurangan selama proses pemilihan sering menjadi dalih untuk mempertanyakan keabsahan hasil pemilihan tentunya oleh mereka yang belum bisa menerima kekalahan calon yang diusungnya. Entah ada tidaknya kecurangan itu tetapi fakta yang ada menunjukan bahwa keberlangsungan pesta demokrasi bangsa kita masih diliputi oleh berbagai persoalan. Hal ini wajar ketika ajang demokrasi untuk memilih pemimpin yang sejatinya hanya akan menjadi “pelayan masyarakat atau rakyat” ini telah diwarnai dengan berbagai intrik dan cara cara yang manipulatif entah dengan black campaign, bagi bagi uang (money politik) atau politik dagang sapi dengan saling jual beli kekuasaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bagi seorang yang akan maju mencalonkan diri sebagai pemimpin dalam ajang pesta demokrasi itu harus memiliki modal (finansial-Red.)yang tidak sedikit. Hal inilah yang kadang menimbulkan ketidaksiapan dari setiap calon yang kalah, dimana banyaknya anggaran yang sudah dikeluarkan menjadikan mereka menanggung beban tidak hanya secara materi tetapi juga secara psikologis. Disisi lain, masyarakat yang nota bene menjadi pemilih yang akan memberikan hak suaranya dikarenakan lemahnya pemahaman tentang pentingnya keberlangsungan demokrasi di Indonesia justru memilih untuk bersikap pragmatis. Hal ini bukan tanpa alasan, ketidak percayaan mereka terhadap calon yang ada yang kebanyakan hanya melakukan pencitraan dan mengumbar janji janji kosong menjadikan mereka apatis untuk menentukan pilihanya . Mereka tidak lagi memilih bukan berdasar hati nurani tetapi lebih kepada siapa yang akan memberikan keuntungan finansial lebih banyak. Rakyat seakan tidak lagi memilih yang benar tetapi memilih siapa yang bayar, begitulah kira kira sindiran yang tepat diberikan pada masyarakat yang hanya memanfaatkan ajang ini sebatas mencari keuntungan sesaat. Alhasil, kekecewaan publik atas kinerja para pemimpin yang terpilih terpaksa harus mereka terima karena sekali lagi faktor integritas dan kapabilittas seorang pemimpin sudah tidak lagi menjadi pertimbangan.  Masyarakat seakan sudah muak dengan perilaku para pemimpin kita hari ini yang kenyataanya justru menyengsarakan rakyat dengan hanya mementingkan perutnya sendiri. Banyak pejabat yang melakukan praktek korupsi, berlaku tidak adil, mengingkari janji dan tindakan lain yang menyakiti hati rakyat kecil. Secara tidak langsung, para pemimpin kita telah mengajarkan bagaimana jabatan sebagai seorang pemimpin hanya dijadikan lahan untuk mencari keuntungan,meningkatkan taraf hidup untuk kepentingan pribadi dan keluarga tanpa peduli lagi dengan keadaan sekitarnya. Begitulah ketika masyarakat telah memilih untuk bersikap pragmatis mencari keuntungan sesaat dengan memanfaatkan moment pesta demokrasi. Bisa jadi kesempatan seperti ini justru dimanfaatkan untuk ajang pembalasan oleh masyarakat manakala para pemimpin yang kemarin telah mereka dukung mati matian ternyata tak lagi memperhatikan dan lupa akan semua janji janjinya. Maka bukan tidak mungkin, untuk saat ini karena tidak ingin kecewa untuk kedua kalinya mereka akan melakukan transaksi dengan cara jual beli suara kepada para calon, sehingga ungkapan wani piro?  Akan menjadi senjata untuk menawarkan dukunganya. Meskipun demikian belum tentu nantinya setelah transaksi disepakati mereka tetap juga tak memberikan dukungan, karena yang penting uang telah tergenggam di tangan, persoalan siapa yang akan dia pilih itu rahasia, siapa yang tahu? Kalau sudah seperti ini maka kedewasaan dalam memahami realita politik di negara kita khususnya dalam keberlangsungan demokrasi tidak akan pernah mengalami kemajuan, karena semuanya telah diukur dan ditentukan oleh hal hal yang berbau materi.
Pesta Demokrasi dan Kontribusi Mahasiswa
Lantas bagaimana dengan mahasiswa yang biasanya memilki idealisme yang tinggi dan mampu mempertimbangkan pilihanya berdasarkan logika. Pendidikan politik yang didapat entah sedikit atau banyak dalam ranah akademik atau pergaulanya di dunia kampus pastinya cukup bisa menjadi bekal bagaimana menentukan pilihanya secara bijak. Meski tidak sedikit juga mahasiswa yang  juga ikut larut dalam pola pikir yang pragmatis karena bagaimanapun mahasiswa juga memiliki alasan yang tidak jauh beda dengan mereka yang merasa kecewa dengan kondisi yang ada. Tetapi akan sangat naif jika mahasiswa yang katanya memiliki wawasan lebih dibanding masyarakat awam justru ikut ikutan untuk mencari keuntungan sesaat. Seharusnya mahasiswa dengan kemampuan analisa dan kepekaanya mampu dan mau untuk mengajarkan politik yang sehat bagi masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan menjadi paham dan tidak sembarangan menggunakan hak suaranya dengan menjajakan pada orang yang tidak pantas untuk dipilih. Masyarakat harus senantiasa diberi pemahaman bagaimana pentingya suara bagi keberlangsungan nasib bangsa selanjutnya. Di samping itu kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam ajang pesta demokrasi dengan cara yang baik turut menentukan sukses tidaknya pemilihan itu digelar. Berbagai peristiwa kerusuhan yang disebabkan oleh persoalan carut marut Pilkada yang terjadi di beberapa daerah akhir akhir ini membuktikan betapa masyarakat masih belum dewasa dalam menyikapi persoalan terkait pilkada. Belum lagi persoalan dalam pesta demokrasi yang lain, maka sudah sepantasnya mahasiswa yang bisa diharapkan peran dan kapasitasnya selaku agen perubahan mau berpartisipasi aktif untuk mensukseskan pemilu yang damai.
Menjelang pilgub jateng tahun 2013 yang sudah diambang pintu ini hendaknya para mahasiswa dengan kemampuannya membaca situasi dan memiliki idealisme yang tidak perlu dipertanyakan lagi bisa ikut berkontribusi minimal bisa menjadi bagian dari pemilih yang cerdas sehingga tidak mudah tergoda oleh segala bentuk iming iming yang ditawarkan demi mencari keuntungan sesaat. Hanya pemilih cerdas yang bisa memilih pemimpin yang berkualitas, maka pilihan para mahasiswa seharusnya bisa menjadi tolak ukur bagaimana memilih pemimpin yang benar benar memiliki kapabilitas selama pilihanya itu murni berdasar hati nuraninya. Akan lebih baik lagi dan memang seharusnya jika mahasisa ikut terlibat memantau jalanya proses pilkada. Terlebih lagi para aktivis pergerakan semacam PMII yang tentunya sudah cukup memiliki pengetahuan tak terkecuali di ranah politik, sekalipun itu masih berupa wacana wacana yang sering mereka perbincangkan dalam forum diskusi. Tetapi minimal pembacaan akan situasi yang mengiringi proses dari pesta demokrasi ini kuat paling tidak bisa mengidentifikasi bentuk bentuk kecurangan yang terjadi untuk selanjutnya mengakomodir kekuatan untuk mencegah setiap bentuk kecurangan yang ada. Bukankah kita semua menghendaki agar pilkada terutama di Jawa Tengah ini bisa berjalan dengan tertib dan damai dan tidak menyisakan konflik? Maka dari itu marilah selaku mahasiswa harus bisa berperan aktif dalam membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani dan menghindari sikap pragmatisme agar tercapai tatanan kehidupan bangsa yang maju,  damai dan sejahtera.
SALAM PERGERAKAN!!!