Translate Into Another Language

Friday, November 29, 2013

Undangan Konferensi Cabang VI bertema "Membangun Eksistensi Gerakan. Satu arah, satu pikiran, satu tujuan"

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam pergerakan!
Salam silaturahim teriring doa kami sampaikan kepada Bapak/Ibu/Sahabat/i, semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Dengan undangan ini kami menginformasikan bagi seluruh Sahabat-sahabati kader dan alumni PMII Magelang, bahwa PC PMII Magelang bermaksud mengadakan Konferensi Cabang VI dengan tema:”Membangun Eksistensi Gerakan. Satu arah, satu pikiran, satu tujuan” yang akan dilaksanakan pada:

Hari                  : Sabtu-Ahad, 30 November -1 Desember 2013
Tanggal             : 14.00 sampai dengan selesai
Tempat              : Gedung PCNU Kab. Magelang, Palbapang, Mungkid, Magelang.

Sehubungan dengan hal tersebut kami mengharapkan Bapak/Ibu/Sahabat berkenan menghadiri acara tersebut.
Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kehadirannya kami haturkan banyak terima kasih.

Wallahul muwafieq ila aqwamithoriq
Wassalamualaikum Wr. Wb

Magelang, 18 November 2013
Steering Commite
Konferensi Cabang PMII Magelang

Asal Mula Sapaan Khas Sahabat-sahabati

Assalamualaikum para pembaca yang dimuliakan Allah :)

Postingan kali ini berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana. Pernahkah anda memikirkan darimana sapaan khas “Sahabat & Sahabati” berasal? Dan apakah filosofi di balik sapaan ini?

Dari buku Antologi NU jilid II, sapaan Sahabat berasal dari Bahasa Arab Shohabat yang sudah di-Indonesia-kan. Artinya kawan atau teman. Sapaan ini adalah ciri khas panggilan dalam organisasi PMII, Ansor dan Fatayat :).

Mengapa kata ini yang dipilih? Asal muasalnya begini. Penggunaan kata Sahabat merupakan tabarukan (mengharap berkah) dari sebutan untuk orang-orang yang senantiasa dekat dan selalu mendampingi perjuangan Nabi Muhammad SAW. Diharapkan, para anggota PMII, Ansor dan Fatayat juga memiliki jiwa shohabat-shohabat nabi, yakni tangguh, bermental muhlis, senantiasa siap menjalankan tugas dan tanpa pamrih. Selain itu juga siap untuk berkorban dan tidak mengharapkan imbalan.

Cukup singkat dan jelas kan? :). Semoga dengan kita membiasakan menggunakan sapaan Sahabat-sahabati, berkobarlah semangat keislaman dan juga kerelaan kita untuk berkorban. 

Salam Pergerakan!

Wednesday, July 24, 2013

Menulis Sebagai Sebuah Perjalanan

     Ini repost dari blog pribadi. Idealnya tentu isinya dibikin yang beda, tapi karena saya belum ya sempat, ya sudahlah begini saja. Daripada blog PMII ini kelamaan vakum tanpa postingan, sementara saya isi dengan postingan ini ya.Mohon dimaafkan ya sahabat-sahabati :P Semoga ada manfaat yang bisa kita dapatkan ^_^.


Menulis adalah sebuah perjalanan. Kamu ga bisa nyampe di tempat tujuan begitu saja kalo nggak melakukan perjalanan dulu (kecuali  kalo kamu punya ilmu sihir jadi bisa ber-Dissapparate :p). Entah kamu pergi dengan jalan kaki, sepeda, mobil,kapal,  pesawat  atau pake jet sekalipun. Ada proses di dalamnya. Mungkin bisa cepet, tapi ga mak jleg, sampai. Ya kan?





Gimana supaya menulis bisa enjoy? gimana sih supaya ide kita bisa tersampaikan secara runtut, lancar dan mengalir? untuk itu kamu harus punya modal dulu. Apa itu? kuncinya adalah dengan banyak membaca. Menulis itu erat banget kaitannya dengan membaca. Yuk kita kulik dunia menulis bareng-bareng ^_^.

Friday, March 29, 2013

Yuk Belajar Jurnalistik Dasar! ^__^



Salah satu bentuk kepedulian alumni agar teman-teman bisa terus berproses bisa melalui bidang jurnalistik, ini ada oleh-oleh dari kang Sholahuddin Al ahmed, sangat bermanfaat untuk belajar jurnalistik dari dasar :)

Monggo bagi yang berminat mengembangkan bakat menulisnya bisa unduh disini.

Dan ini pesan-pesan kang Sholahuddin:

==tanamkan pada hati bahwa anda adalah calon penulis hebat==

==Malu bertanya sesatkan pikiran, sering bertanya bukti kecerdasan==

Selamat berproses menjadi penulis hebat ^_^


Credit to>
Sahabat Gabriel Auliaztuta


Kang Sholahuddin
 

Friday, March 8, 2013

Woro-woro! >> Info PKD di Komisariat UNSIQ Wonosobo ^_^

Info!!
Bagi sahabat/i yg mau mengikuti pengkaderan formal Pelatihan Kader Dasar (PKD) Komisariat UNSIQ Wonosobo tanggal 22-24 Maret 2013 di MWC NU Kretek, silahkan mengkonfirmasi keikutsertaannya segera. :)



Kami tunggu secepatnya ^_^

CP >
Arif As Syukr

Sunday, March 3, 2013

PERAN MAHASISWA DALAM AJANG PESTA DEMOKRASI DI INDONESIA (MENYONGSONG PILGUB JATENG 2013)
Oleh : Gabriel Auliaztuta


Hingar bingar pesta demokrasi mulai dari pilpres, pileg,pilkada bahkan pilkades tak jarang menyisakan konflik yang berkepanjangan. Hal ini tidak lepas dari faktor kepentingan masing masing pihak yang saling memperebutkan kekuasaan. Adanya indikasi kecurangan selama proses pemilihan sering menjadi dalih untuk mempertanyakan keabsahan hasil pemilihan tentunya oleh mereka yang belum bisa menerima kekalahan calon yang diusungnya. Entah ada tidaknya kecurangan itu tetapi fakta yang ada menunjukan bahwa keberlangsungan pesta demokrasi bangsa kita masih diliputi oleh berbagai persoalan. Hal ini wajar ketika ajang demokrasi untuk memilih pemimpin yang sejatinya hanya akan menjadi “pelayan masyarakat atau rakyat” ini telah diwarnai dengan berbagai intrik dan cara cara yang manipulatif entah dengan black campaign, bagi bagi uang (money politik) atau politik dagang sapi dengan saling jual beli kekuasaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bagi seorang yang akan maju mencalonkan diri sebagai pemimpin dalam ajang pesta demokrasi itu harus memiliki modal (finansial-Red.)yang tidak sedikit. Hal inilah yang kadang menimbulkan ketidaksiapan dari setiap calon yang kalah, dimana banyaknya anggaran yang sudah dikeluarkan menjadikan mereka menanggung beban tidak hanya secara materi tetapi juga secara psikologis. Disisi lain, masyarakat yang nota bene menjadi pemilih yang akan memberikan hak suaranya dikarenakan lemahnya pemahaman tentang pentingnya keberlangsungan demokrasi di Indonesia justru memilih untuk bersikap pragmatis. Hal ini bukan tanpa alasan, ketidak percayaan mereka terhadap calon yang ada yang kebanyakan hanya melakukan pencitraan dan mengumbar janji janji kosong menjadikan mereka apatis untuk menentukan pilihanya . Mereka tidak lagi memilih bukan berdasar hati nurani tetapi lebih kepada siapa yang akan memberikan keuntungan finansial lebih banyak. Rakyat seakan tidak lagi memilih yang benar tetapi memilih siapa yang bayar, begitulah kira kira sindiran yang tepat diberikan pada masyarakat yang hanya memanfaatkan ajang ini sebatas mencari keuntungan sesaat. Alhasil, kekecewaan publik atas kinerja para pemimpin yang terpilih terpaksa harus mereka terima karena sekali lagi faktor integritas dan kapabilittas seorang pemimpin sudah tidak lagi menjadi pertimbangan.  Masyarakat seakan sudah muak dengan perilaku para pemimpin kita hari ini yang kenyataanya justru menyengsarakan rakyat dengan hanya mementingkan perutnya sendiri. Banyak pejabat yang melakukan praktek korupsi, berlaku tidak adil, mengingkari janji dan tindakan lain yang menyakiti hati rakyat kecil. Secara tidak langsung, para pemimpin kita telah mengajarkan bagaimana jabatan sebagai seorang pemimpin hanya dijadikan lahan untuk mencari keuntungan,meningkatkan taraf hidup untuk kepentingan pribadi dan keluarga tanpa peduli lagi dengan keadaan sekitarnya. Begitulah ketika masyarakat telah memilih untuk bersikap pragmatis mencari keuntungan sesaat dengan memanfaatkan moment pesta demokrasi. Bisa jadi kesempatan seperti ini justru dimanfaatkan untuk ajang pembalasan oleh masyarakat manakala para pemimpin yang kemarin telah mereka dukung mati matian ternyata tak lagi memperhatikan dan lupa akan semua janji janjinya. Maka bukan tidak mungkin, untuk saat ini karena tidak ingin kecewa untuk kedua kalinya mereka akan melakukan transaksi dengan cara jual beli suara kepada para calon, sehingga ungkapan wani piro?  Akan menjadi senjata untuk menawarkan dukunganya. Meskipun demikian belum tentu nantinya setelah transaksi disepakati mereka tetap juga tak memberikan dukungan, karena yang penting uang telah tergenggam di tangan, persoalan siapa yang akan dia pilih itu rahasia, siapa yang tahu? Kalau sudah seperti ini maka kedewasaan dalam memahami realita politik di negara kita khususnya dalam keberlangsungan demokrasi tidak akan pernah mengalami kemajuan, karena semuanya telah diukur dan ditentukan oleh hal hal yang berbau materi.
Pesta Demokrasi dan Kontribusi Mahasiswa
Lantas bagaimana dengan mahasiswa yang biasanya memilki idealisme yang tinggi dan mampu mempertimbangkan pilihanya berdasarkan logika. Pendidikan politik yang didapat entah sedikit atau banyak dalam ranah akademik atau pergaulanya di dunia kampus pastinya cukup bisa menjadi bekal bagaimana menentukan pilihanya secara bijak. Meski tidak sedikit juga mahasiswa yang  juga ikut larut dalam pola pikir yang pragmatis karena bagaimanapun mahasiswa juga memiliki alasan yang tidak jauh beda dengan mereka yang merasa kecewa dengan kondisi yang ada. Tetapi akan sangat naif jika mahasiswa yang katanya memiliki wawasan lebih dibanding masyarakat awam justru ikut ikutan untuk mencari keuntungan sesaat. Seharusnya mahasiswa dengan kemampuan analisa dan kepekaanya mampu dan mau untuk mengajarkan politik yang sehat bagi masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan menjadi paham dan tidak sembarangan menggunakan hak suaranya dengan menjajakan pada orang yang tidak pantas untuk dipilih. Masyarakat harus senantiasa diberi pemahaman bagaimana pentingya suara bagi keberlangsungan nasib bangsa selanjutnya. Di samping itu kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam ajang pesta demokrasi dengan cara yang baik turut menentukan sukses tidaknya pemilihan itu digelar. Berbagai peristiwa kerusuhan yang disebabkan oleh persoalan carut marut Pilkada yang terjadi di beberapa daerah akhir akhir ini membuktikan betapa masyarakat masih belum dewasa dalam menyikapi persoalan terkait pilkada. Belum lagi persoalan dalam pesta demokrasi yang lain, maka sudah sepantasnya mahasiswa yang bisa diharapkan peran dan kapasitasnya selaku agen perubahan mau berpartisipasi aktif untuk mensukseskan pemilu yang damai.
Menjelang pilgub jateng tahun 2013 yang sudah diambang pintu ini hendaknya para mahasiswa dengan kemampuannya membaca situasi dan memiliki idealisme yang tidak perlu dipertanyakan lagi bisa ikut berkontribusi minimal bisa menjadi bagian dari pemilih yang cerdas sehingga tidak mudah tergoda oleh segala bentuk iming iming yang ditawarkan demi mencari keuntungan sesaat. Hanya pemilih cerdas yang bisa memilih pemimpin yang berkualitas, maka pilihan para mahasiswa seharusnya bisa menjadi tolak ukur bagaimana memilih pemimpin yang benar benar memiliki kapabilitas selama pilihanya itu murni berdasar hati nuraninya. Akan lebih baik lagi dan memang seharusnya jika mahasisa ikut terlibat memantau jalanya proses pilkada. Terlebih lagi para aktivis pergerakan semacam PMII yang tentunya sudah cukup memiliki pengetahuan tak terkecuali di ranah politik, sekalipun itu masih berupa wacana wacana yang sering mereka perbincangkan dalam forum diskusi. Tetapi minimal pembacaan akan situasi yang mengiringi proses dari pesta demokrasi ini kuat paling tidak bisa mengidentifikasi bentuk bentuk kecurangan yang terjadi untuk selanjutnya mengakomodir kekuatan untuk mencegah setiap bentuk kecurangan yang ada. Bukankah kita semua menghendaki agar pilkada terutama di Jawa Tengah ini bisa berjalan dengan tertib dan damai dan tidak menyisakan konflik? Maka dari itu marilah selaku mahasiswa harus bisa berperan aktif dalam membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani dan menghindari sikap pragmatisme agar tercapai tatanan kehidupan bangsa yang maju,  damai dan sejahtera.
SALAM PERGERAKAN!!!

Wednesday, February 27, 2013

Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama



Lambang NU


Nahdlatul Ulama, disingkat NU artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 di Surabaya. Pendiri resminya adalah K.H.M Hasyim Asy'ari (Tebuireng, Jombang), sedangkan arsitek dan motor penggerak NU adalah K.H Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas, Jombang).


Dalam pendekatan dakwahnya, NU lebih banyak mengikuti dakwah model Walisongo, yaitu menyesuaikan degan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalkan kekerasan. Budaya yang berasal dari suuatu daerah ketika Islam datang-bila tidak bertentangan dengan agama- akan terus dikembangkan dan dilestarikan. Karena identiknya gaya dakwah ala Walisongo itu, nama Walisongo melekat erat dalam jami'yah NU. Hal ini bisa dilihat dari simbol sembilan bintang dalam lambang NU yang bermakna Walisongo.


Tanggal 31 Januari lalu, NU genap berusia 87 tahun :)
Lewat prinsip dakwah model Walisongo itu, NU dikenal sebagai pelopor kelompok Islam moderat. Kehadirannya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat bahkan turut berperan dalam persatuan bangsa.

Dicuplik dengan pengubahan
dari Buku I Antologi NU
Sejarah- Istilah - Amaliah - Uswah
Cet. Kedua, Februari 2008
Khalista, Surabaya & LTN NU Jatim